Pas punya uang, pengen beli handphone. Setelah punya uang, bingung mau beli handphone yang mana. Begitulah masalah yang selalu dihadapi Mat Bejo teman saya.
Makanya, dia bertanya melulu setiap kali bertemu saya. “Kalau iPhone4 bagus nggak, Mas?” tanya Mat Bejo sambil melipat koran yang menayangkan iklan iPhone.
“Bagus,” jawab saya sambil lalu.
“Terus sebaiknya pakai kartu apa, Mas? Operator mana yang lebih bagus?”
“Kartu penduduk.”
“Ah, serius nih, Mas, bagus yang mana? Mending operator yang itu atau yang ini, Mas? Soalnya saya bingung, karena semua mengaku paling bagus, paling murah, sinyalnya paling kenceng ….” Mat Bejo mencecar saya.
Lama-lama saya pun kesal. “Begini ya, Mat. Sampean harus teliti sebelum membeli. Zaman sekarang ini konsumen harus cerdas karena semua produk mengaku paling bagus. Persaingan begitu ketat. Tapi kompetisi itu bagus,” jawab saya.
“Maksudnya?”
“Competition is not only the basis of protection to the consumer, but is the incentive to progress” – kata Presiden Amerika Serikat Herbert Hoover (1874-1964) .
Kompetisi bukan hanya bagus bagi konsumen, tapi juga insentif bagi kemajuan itu sendiri, di bidang manufaktur, otomotif, finansial, perbankan, teknologi, dan sebagainya. Tanpa kompetisi, konsumen tak akan mendapatkan pilihan terbaik. Pengembangan usaha mandek. Daya cipta kreatif berjalan di tempat. Proses produksi pun lesu darah.
Maka kita lihat kompetisi terjadi setiap hari di sekitar kita. Perusahaan-perusahaan global seperti Coca Cola, misalnya, berkompetisi melawan Pepsi selama bertahun-tahun hingga sekarang. Dunia juga mengenal perseteruan ‘abadi’ antara Apple dan Microsoft; Liverpool dan Manchester United di Liga Inggris. Sampean bisa menyebut banyak contoh lainnya.
Mengapa mereka bersaing? Kompetisi membuat mereka bergairah. Hidup lebih hidup. Dengan kompetisi, ada tujuan, juga tantangan, yang harus ditaklukkan.
Di ranah telepon pintar, kompetisi berlangsung bukan hanya antara para produsen, tapi juga operatornya. Produk-produk seperti BlackBerry dan iPhone menggandeng operator selular lokal berkompetisi dalam hal layanan telekomunikasi bergerak.
“Competition creates better products, alliances create better companies” – Brian Graham.
Sampean bisa melihat persaingan dan aliansi itu dari iklan-iklan mereka di televisi, media cetak, hingga bilbor di pinggir jalan. Semua kompetisi itu mengarah ke satu sasaran: konsumen. Para produsen dan merek berusaha menjadi nomor satu di benak calon pembeli.
Dalam kasus iPhone4, persaingan jadi menarik karena produk itu meski dijual bebas tapi stoknya tak berlimpah. Setiap barang langka yang tak bisa dinikmati bersama memang mengingatkan orang akan ketidak-bersamaan.
Membeli iPhone4 mengandung tantangan tersendiri. Ia bermula dari sebuah masyarakat yang menganggap bahwa privilese adalah hal yang lumrah; dengan kata lain, sebuah masyarakat yang ditandai oleh ketidak-sederajatan. Ia juga bermula dari anggapan bahwa privilese itu dapat dikompetisikan dengan jujur ataupun tidak. Dalam persaingan itu, sebuah benda yang mendapatkan nilai yang demikian ajaib akan menjadi hadiah bagi sang pemenang.
Maka orang berlomba-lomba mendapatkannya. Mereka yang berhasil membeli iPhone4 bagaikan sang pemenang. Tapi jalan menjadi pemenang pun kadang membingungkan. Konsumen seperti Mat Bejo menghadapi beberapa tawaran paket pembelian iPhone4 di pasar.
“Sik, sik, Mas. Sebelum makin bingung, tolong kasih tahu saja, saya mesti pakai kartu SIM apa?”
“Sampean lihat saja sendiri, Mat. Telkomsel, misalnya, menawarkan paket langganan data yang variatif sesuai kebutuhan sampean. Ada paket dengan biaya bulanan antara Rp 300.000 – Rp 550.000.
Setiap paket itu mendapat bonus bicara antara 100 menit – 600 menit. Jadi sampean bisa ngobrol dengan pacar sampai mulut pegal. Kalau masih kurang, sampean pun mendapat paket SMS gratis 400 – 2.000, tergantung paket yang dipilih. Sampean bisa kirim pesan tiap hari berkali-kali ke simbok di kampung. Bandingkan dengan bonus dari operator lain, pasti lebih sedikit bonusnya.”
“Terus, terus apa lagi bonusnya, Mas?”
“Sampean kan sering kirim foto-foto dan video. Nah, Telkomsel memberi bonus gratis pengiriman data tak terbatas selama satu tahun. Kirim deh foto dan video sepuas sampean. Sampai jempol sampai pegel. Tapi jangan kirim video porno ya, hihihi …. “
“Eh, tapi belinya harus kontan ya, Mas?”
“Halah, ndak perlu. Zaman sekarang urusan beli itu barang itu tinggal gesek saja, Mat. Lagi pula Telkomsel menyediakan potongan harga spesial dengan cicilan 0 persen selama 6 bulan bagi pemegang kartu kredit BCA, Mandiri, BNI, dan Citibank.
Sampean juga tak perlu susah mencari toko penjual iPhone4. Telkomsel menyediakan 152 gerai penjualan di seluruh Indonesia.”
“Wuah, kalau begitu saya beli sekarang deh, Mas.”
>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Apakah sampean tertarik punya iPhone4?
Filed under: ulasan Tagged: advertorial, coverage, data, iphone4, paket, telkomsel
Link to full article
Không có nhận xét nào:
Đăng nhận xét